Posts

Showing posts from 2017

Nyanyian Rakyat Jawa "Lelo Ledung"

Oleh Ricky Rizaldy           Pada artikel saya kali ini saya akan menerjemahkan serta mengkaji makna dari Folksong “Lelo Ledung” dari daerah Jawa. Untuk masyarakat Jawa mungkin sudah tidak asing dengan Nyanyian ini karena ketika masih kecil setiap ingin tidur anak-anak akan selalu dinyanyikan lagu ini oleh Ibunya. Berikut adalah upaya saya untuk menerjemahkan serta mengkaji kandungan dari Nyanyian Lelo Ledung. Lelo Ledung Tak lelo lelo lelo ledung Cup menengo ojo pijer nangis Anakku sing ayu (bagus) rupane Yen nangis ndang ilang ayune (baguse) Tak gadang iso urip mulyo Dadiyo wanitu (priyo) utomo Ngluhurke asmane wong tuwo Dadiyo pendhekaring bongso Wis cup menengo anakku Kae mbulane ndadari Koyo buto nggegilani Arep nggoleki cah nangis Tak lelo lelo lelo ledung Cup menengo anakku cah ayu (bagus) Tak emban slendang batik kawung Yen nangis mundak Ibu bingung Terjemahan: Timang Anakku Sayang Kutimang timang timang ...

Mengadili Terdakwa Tak Berjasad: Puisi Mutakhir Indonesia

Oleh: Ricky Rizaldy             Kesusastraan Indonesia modern selalu diwarnai oleh perdebatan/polemik yang menyangkut berbagai hal. Ringkasan ini bermula dari salah satu perdebatan tersebut, yaitu Pengadilan Puisi Indonesia Mutakhir. “Pengadilan” yang diselenggarakan Yayasan Arena ini diadakan di Aula Universitas Parahyangan, Bandung, 8 September 1974 dan diikuti oleh sejumlah pengarang Indonesia. Gagasan asli Pengadilan Puisi datang dari Darmanto pada tahun 1970 dan dimaksudkan sebagai badutan , menurut Sapardi Djoko Damono. Pada tahun 1972, Darmanto mengumumkan gagasan itu – dalam karangannya yang berjudul “Tentang Pengadilan Puisi” – di sebuah harian Jakarta. Dan pada tahun 1974-lah gagasan itu bisa diwujudkan di Bandung. Pada tulisan Darmanto Jt maupun pada Tuntutan yang di bacakan Slamet Kirnanto selaku “Jaksa” dalam Pengadilan Puisi Indonesia Mutakhir, secara tersirat maupun tersurat memang terasa di dalamnya ketidakpuasan terhadap kehidupa...

Sejarah Kota Samarinda

Image
Oleh: Ricky Rizaldy La Mohang Daeng Mangkona, mungkin sekarang sebagian besar masyarakat khususnya anak muda Kota Samarinda sangat asing dengan nama itu. Bagaimana tidak, sekarang banyak sekali masyarakat yang tidak mengenal sejarah dan asal-usul kotanya sendiri. Itulah yang menjadi masalah besar saat ini ketika masyarakat tidak lagi mengenal sejarah serta asal-usul tanah yang mereka pijak sekarang. Sejarah sebagai sasaran studi memiliki pengertian sebagai kejadian di waktu lampau dan sejarah sebagaimana ia diceritakan. (Walsh 1956: 14). Sejarah nasional yang mencakup zaman dari seluruh daerah haruslah diterima tak lebih daripada nama berdasarkan konsensus saja. Ia ditentukan bukan oleh keharusan logis atau sasaran studi, tetapi oleh tuntutan ideologis. ● Lokasi makam La Mohang Daeng Mangkona Sabtu, 08 April 2017 saya beserta teman-taman saya dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman mengadakan kunjungan ke makam La Mohang Daeng Mangkona yang didampingi o...